SuaraJogja.id – Pemadaman listrik se-Jabodetabek hingga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Minggu (4/8/2019) ditambah pemadaman bergilir pada Senin (5/8/2019) lalu membuat sebagian warga resah.
Meski begitu, hal tersebut tak berlaku bagi warga di RT/RW 04/09 Dusun Ngemplek, Desan Piyaman, Wonosari, Gunungkidul. Warga di dusun tersebut, ternyata memanfaatkan panel surya yang terpasang pada 13 rumah di daerah tersebut.
“Enggak berpengaruh kalau listrik mati, orang lain gelap kita masih tetap terang,” ujar salah satu pengguna Panel Surya, Suradi (40) kepada suara.com saat ditemui di rumahnya pada Kamis (8/8/2019)
Suradi bercerita, sebagian besar masyarakat di daerahnya telah menggunakan panel surya sejak dua tahun silam.
“Dulu sering mati lampu kalau musim hujan. Karena itu kita pasang panel surya untuk jaga-jaga kalau ada pemadaman listrik tidak harus cari lilin,” imbuhnya
Alasan lain tambah Suradi, masyarakat menggunakan panel surya karena lebih hemat, juga menyala secara otomatis. Lampu-lampu akan menyala otomatis selama 12 jam mulai pukul 18.00 WIB hingga 06.00 WIB
“Kita di sini pakai listrik negara juga, seminggu bayar pulsanya Rp. 20 ribu. Tapi kalau panel surya kan lebih murah, cuman ganti air AKI saja belum tentu sebulan sekali,” ujarnya
Senada dengan Suradi, Ngadiyem (61) juga menggunakan panel surya hanya untuk lampu, sedangkan untuk perangkat elektronik masih menggunakan listrik PLN.
“Kan bisa lebih hemat, untuk lampu kita pakai tenaga surya yang enggak bayar. Tapi untuk TV dan lain-lain kita masih pakai PLN,” ujarnya
Dari pengamatan Suara.com di dusun tersebut. Panel Surya tidak hanya terpasang di atap-atap rumah, namun lampu penerangan jalan di tujuh titik, juga menggunakan panel surya.
Alat yang di gunakan pun tergolong simpel. Hampir semua barang yang digunakan merupakan produk daur ulang atau bekas, yaitu panel tenaga surya dengan berbagai ukuran, aki motor maupun mobil, controller, dan inventer.
Suradi berharap penggunaan listrik panel Surya bisa terus meluas terutama di wilayah Gunungkidul. Hal itu katanya, dapat menekan biaya listrik bagi masyarakat terutama kelas menengah ke bawah bahkan pengeluaran biaya negara.
Ia bersama masyarakat lain terus berupaya melawan stigma bahwa penggunaan listrik tenaga surya ribet dan mahal.
Lantaran itu, masyarakat di kampung edukasi ini pun katanya, berencana mengembangkan listrik panel surya agar ke depan tidak hanya untuk lampu tapi juga untuk peralatan elektronik lainnya.
“Kalau sekarang hanya bisa untuk lampu karenakan kekuatan listriknya masih DC, tapi kita akan coba kembangkan. Tiap malam anak-anak muda di sini nongkrong dan belajar bareng,” ujarnya
Click here for link (Listrik Padam Serentak, Lampu di Desa Ini Tetap Menyala)
Click here for download article (Listrik Padam Serentak, Lampu di Desa Ini Tetap Menyala)