JAKARTA, KOMPAS.com – Bauran energi baru terbarukan (EBT) global diproyeksi akan terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan, dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, bauran EBT akan mencapai 80 persen dari total energi dunia.
Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) menyatakan, pertumbuhan bauran EBT utamanya akan ditopang oleh sumber energi berbasis panel surya.
Pasalnya, dengan biaya pemasangan panel surya yang terus menurun, maka sumber energi yang berasalkan dari matahari itu menjadi semakin murah dibanding pembakaran batu bara atau gas bumi di berbagai negara.
Biaya pemasangan panel surya terus mengalami penurunan sejak dikembangkannya teknologi Solar Photovoltaic (PV).
Berdasarkan data Badan Energi Terbarukan Internasional (International Renewable Energy Agency/IRENA), biaya listrik dengan menggunakan sel surya PV, terus menyusut.
Pada 2010, biaya listrik yang dihasilkan sel surya PV, mencapai 38 sen per kWh, sementara pada tahun 2019, biayanya hanya mencapai 6,8 sen per kWh.
“Saya meyakini tenaga matahari akan menjadi raja baru di pasar energi listrik. Dengan kebijakan yang ada saat ini, jumlah panel surya akan terus memecahkan rekor baru setiap tahunnya,” ujar Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, dikutip dari CNN, Rabu (14/10/2020).
IEA bahkan memproyeksikan, apabila permintaan listrik dapat kembali pulih seperti periode sebelum Covid-19 merebak, maka permintaan akan sel surya PV akan tumbuh dengan sangat cepat.
Pertumbuhan bauran energi berbasis panel surya secara global pun diproyeksi mampu tumbuh hingga 12 persen setiap tahunnya.
“Pada 2025, EBT akan menyalip batu bara sebagai bahan bakar listrik nomor satu di dunia,” tulis IEA.
Click here for link (Panel Surya Siap Salip Batu Bara sebagai Bahan Bakar Listrik Nomor Satu)
Click here for download article (Panel Surya Siap Salip Batu Bara sebagai Bahan Bakar Listrik Nomor Satu)